Aku selalu percaya bahwa keindahan hidup ini seringkali ditentukan oleh kacamata apa yang kita pakai untuk memandang. Satu kejadian yang sama bisa dimaknai sebagai amat bahagia atau amat tragedi bagi dua orang berbeda, padahal terjadi di ruang dan waktu yang sama. Dan bukankah kehidupan itu rentetan kejadian, setiap kejadian menyusun kehidupan yang utuh? Kalau begitu cara pandang kita terhadap kejadian itulah yang akan mengubah kehidupan kita secara keseluruhan. Berarti bahagia atau tidaknya hidup pada akhrinya adalah rentetan cara pandang. Buku yang kutemukan tanpa sengaja di perpustakaan kampus ini jadi penopang kacamata itu!
Sebenarnya seringkali judulnya menyembul ketika menilik katalog, namun karena buku terjemahan, aku hampir selalu hindari untuk baca. Tapi semakin dihindari kok semakin ketemu? Kayak mantan! Ehh😁
1. Konten
Sesuai judulnya, buku ini berisi 101 kisah syukur berbeda dari orang-orang yang berbeda dari latar belakang berbeda. Setiap kisah ditutur dengan padat, hanya beberapa halaman, mungkin satu kisah hanya 5-10 menit, tapi sarat akan makna. Kisah-kisah yang memuat pelajaran hidup penting yang didapat selama bertahun-tahun dalam kejadian-kejadian yang ekstrem dapat kita serap dan renungkan hanya dalam hitungan menit. Isn’t it beautiful?
Cocok sekali buat kita yang mau dapat reminder kuat dalam waktu singkat.
2. Nuansa
Nuansa yang kutangkap dari buku ini adalah justru rasa syukur hadir bukan dalam keadaan hidup yang ideal, seringkali para tokoh diuji dengan cobaan hidup yang amat beratnya, dan akhirnya menemukan makna. Keadaannya belum berubah, namun cara pandang mereka yang berubah, dengan itu perlahan-lahan kehidupan mereka mulai timbul kembali ke permukaan setelah tenggelam.
3. Kisah favorit
Jujur, aku pribadi tak ingat secara detail dari setiap kisah, dan kebanyakan kisah mereka amat bagus! Susah untuk dipilih!
Hmmm, aku suka cerita tentang noda dan kerutan wajah. Ada seseorang wanita yang datang ke dokter kecantikan untuk memeriksakan kulitnya dan ia teramat senang dan bersyukur memiliki noda dan kerutan wajahnya, justru tak ingin menghilangkannya karena noda dan kerutan wajah itu adalah tanda penuaan! Karena puluhan tahun lalu ia diprediksi tak akan hidup lebih panjang karena kanker yang dideritanya, hari ini ia menua! Dan ia amat bersyukur!
4. Bahasa
Meski buku terjemahan, buku ini dialih bahasakan dengan amat ciamik. Sastranya tetap terasa, beberapa istilah dalam Bahasa Inggris dibiarkan supaya tetap terasa natural. Terjemahannya tidak literal melainkan diterjemahkan dengan bahasa sastra sepadan, seakan-akan membaca sastra dari Indonesia berlatar Amerika dan Eropa sana.
5. Kesadaran
Buku ini teramat menyadarkan bahwa memang setiap potongan kehidupan akan menemukan masalahnya, tak peduli apapun latar belakangnya. Masalah memang pasangan dalam kehidupan. Dengan belajar bersyukur lewat tiap kejadian, senang ataupun sedih, naik ataupun turun. Disanalah kita bertumbuh dan menemukan bahagia.
Aku sangat merekomendasikan buku ini untuk kalian yang ingin lebih bahagia dalam memandang hidup, dan InsyaAllah akan jatuh cinta dengan series Chicken Soup for The Soul lainnya! Seperti aku! Sedang membaca 2 series lainnya. Emangnya ada berapa? Ratusan! Haha! Seriuss!
Sslamat menemukan bahagia dalam tiap potongan hidup!
Be Great and Grateful!🤙
Learn more about Chicken Soup for The Soul: The Power of Gratitude (Review)